Rumah kediaman Bung Karno merupakan salah satu tempat pengasingan Soekarno berada di Kota Bengkulu. Selama
pengasingannya di Bengkulu, Bung Karno ditempatkan di sebuah rumah yang
awalnya adalah tempat tinggal orang Cina yang bernama Tan Eng Cian. Tan
Eng Cian adalah pengusaha yang menyuplai bahan pokok untuk kebutuhan
pemerintahan kolonial Belanda. Soekarno menempati rumah tersebut dari
tahun 1938 hingga tahun 1942. Rumah ini berjarak sekitar 1,6 km dari
Benteng Malborough.
Tugu Thomass Parr terletak di sebelah tenggara dan berjarak 170 m dari Benteng Marlborough. Monumen ini dibangun untuk mengenang Thomas Parr, seorang Residen
Bengkulu dari Inggris yang tewas ditikam dan kemudian dipenggal
kepalanya oleh penduduk setempat pada tahun 1807 ketika ia tengah
beristirahat di rumahnya. Thomas Parr diduga dibunuh oleh orang-orang
Bugis yang bekerja sebagai anggota keamanan perusahaan dagang Inggris
(East India Company).
Fort Marlborough adalah sebuah bangunan benteng pertahanan yang terletak
di pesisir pantai Tapak Paderi - Kota Bengkulu. Benteng ini dibangun
oleh kolonial Inggris pada tahun 1914 – 1719 dibawah pimpinan Gubernur
Jendral Josef Colin semasa pendudukan mereka di Wilayah Bengkulu.
Benteng Marlborough adalah benteng terbesar yang pernah dibangun oleh
Bangsa Inggris semasa kolonialismenya di Asia Tenggara.
Komplek Makam Inggris ini terletak di Jl. Veteran Kelurahan Jitra.
Pemakaman orang Inggris di Kelurahan Jitra yang bernama The Christian
Cemetery ini merupakan kuburan Inggris terbesar di Asia Tenggara. Banyak tokoh ternama Inggris yang pernah berkuasa di Bengkulu itu
dimakamkan di situ pada tahun 1775 sampai 1940, di antaranya Mc Douglas,
Parker, Hutchinson, Maclean, dan lain-lain. Disebut terbesar karena memang tadinya terdapat sekitar 1.000 nisan
berbentuk artistik dan monumental dengan berbagai ukuran yang terhampar
di kawasan seluas 4,5 hektare (panjang 300 meter dan lebar 150 meter).
Sayangnya, kini jumlah dan luas kawasan tersebut menyusut drastis.
Masjid Jamik ini adalah masjid tertua yang ada di Kota Bengkulu, berdiri
dengan kokoh dan megah di tengah jantung kota Bengkulu, bangunan
monumental religius ini terjepit di antara pohon rindang berumur ratusan
tahun. Sosok Bung Karno tidak dapat dipisahkan daripada keberadaan
masjid ini. Selama masa pembuangannya di Bengkulu, Soekarno yang berlatar pendidikan
sebagai seorang insinyur bangunan sempat merenovasi sebuah masjid tua
yang berada di tengah Kota Bengkulu tepatnya di persimpangan Jl Sudirman
dan Jl Suprapto. Namanya Masjid Jamik Bengkulu yang lebih dikenal
dengan nama Masjid Bung Karno dan renovasi masjid dilaksanakan pada
tahun 1938.